Thursday, January 31, 2008

Mengunjungi West Point

Mengunjungi West Point

Bagi perwira lulusan Akademi Militer di seluruh dunia, salah satu cita-cita yang ingin dicapai adalah mendapat kesempatan mengunjungi West Point, sebutan tak resmi dari United States Military Academy. West Point terletak di New York State, bukan New York City walaupun tak terlalu jauh dari New York City.

Membandingkan kehidupan di West Point dengan di Akademi Militer Magelang kelihatannya tak begitu jauh berbeda. Barangkali yang agak menonjol adalah philosopi pendidikan di Akmil Magelang lebih meniru dari Breda Military Academy di Belanda, sehingga porsi antara pendidikan militer dan sipil yang diajarkan sangat berbeda karena di USMA West Point lebih banyak kesamaan dengan kampus umum. Modul yang diberikan per blok, sehingga latihan kemiliteran hanya diselenggarakan dalam waktu tertentu, biasanya di musim panas untuk tahun ke satu dan kedua serta on the job training untuk tahun ke tiga dan ke empat.. West point juga menerima wanita untuk menjadi tarunanya, meskipun tak menutup kemungkinan adanya cinlok dalam kehidupan berasrama dengan jadwal ketat seperti ini. Adapun kehidupan sehari-harinya tidak terlalu stressful, tak heran banyak lulusannya yang selanjutnya juga mengejar gelar akademik namun juga banyak yang segera keluar dari militer begitu kontraknya habis, sekitar lima tahun. Hingga saat ini West Point sudah meluluskan sekitar 50.000 perwira angkatan darat AS. Di antara mereka yang ,menonjol adalah tokoh perang saudara, Jendral grant dan Lee, tokoh PD II Pershing, Mc Arthur, Eisenhower, dan Patton, hingga tokoh Vietnam Westmoreland dan tokoh Badai Gurun Schwarzkop.

Fasilitas di USMA sangat lengkap, yang ingin saya sorot di sini adalah Gereja Katholik dan “masjid/sinagog/kelenteng bersama”. Gereja Katholik ada secara resmi di sebuah institusi militer adalah hal yang sangat jarang karena mayoritas penduduk AS adalah pemeluk Protestan dan secara tak langsung ada perseteruan untuk meraih puncak kepemimpinan di AS. Sebagai ilustrasi sepanjang sejarah AS, hanya ada satu presiden yang beragama Katholik, dan itupun mati ditembak, Kennedy. Nah, keberadaan gereja megah di West point ini menarik dikunjungi, dan kesempatan emas ini tak disia-siakan untuk lebih memahamio dinamika keberagamaan di AS. Gerejanya sangat indah dengan lukisan dari kaca serta pengaturannya sangat artistik.

Sedangkan yang disebut “masjid/sinagog/kelenteng bersama”. adalah sebuah bangunan kecil yang digunakan oleh pemeluk agama minoritas melakukan kegiatan agamanya. Dilaksanakan secara berjadwal, bergantian tergantung bookingnya. Ada alquran, ada perlengkapan ibadah agama lain juga yang memang memanfaatkan fasilitas ini. Jadi kalau mau sholat di West Point, karena tak ada masjid resmio, gunakan saja salah satu ruangan yang ada di Interfaith Building.

Sedangkan tentang Taruna West point, mereka memakai seragam seperti anak SMA di Indonesia, dengan putih di atas dan bawah abu-abu. Saat ini ada sekitar 60 negara ikut berpartisipasi mengirim taruna di West Point. Indonesia jelas tak mengirimkan taruna karena kita menganut keyakinan atau ketentuan bahwa pendidikan dasar kemiliteran harus diikuti di Indonesia untuk menumbuhkan militansi terhadap bangsa dan negara.

Pada kunjungan ke West Point, beruntung kami mendapat kesemptan makan malam bersama para taruna West Point asal AS diikuti juga berbagai perwakilan negara yang ikut mengirim tarunanya sehingga bisa mendapatkan kesan mereka setelah mengikuti pendidikan di West Point ini. Makan malam sangat sederhana, karena memang dibuat menu seperti yang biasa mereka makan pada hari itu, namun demikian dibandingkan menu di Indonesia jelas menu makan mereka sangat mewah.

Kunjungan ke West Point menjadi salah satu kenangan menarik, apalagi menginap di hotel Thayer yang terletak tepat di depan pintu gerbang West Point dan merupakan hotel tua yang mewah. Salah satu yang mengurangi keindahan adalah ketatnya penjagaan dengan pemasangan barikade di depan gerbang lengkap dengan beton dan penjaganya. Secara keseluruhan kunjungan ke West Point direkomendasikan untuk anda yang ke New York dan tertarik untuk melihat bagaimana pemimpin militer AS dicetak serta mengapa mereka bisa berhasil

No comments: