Thursday, January 31, 2008

Indonesia Bangsa Santai


Indonesia Bangsa Santai?

Sebuah buku yang menjadi pegangan para eksekutif di seluruh dunia menjadi topik pembicaraan kami minggu ini. Buku ini memang luar biasa, dalam arti memberikan gambaran yang cukup terhadap suatu karakter bangsa di dunia. Tentu saja karakter bangsa Indonesia termasuk di dalamnya. Judul buku yang cukup menarik ini adalah “ WHEN CULTURES COLLIDE” dengan subtitle Leading across culture. Penerbit Nicholas Brealey, Boston AS. Pengarang buku ini adalah Richard D. Lewis. Buku ini merupakan edisi ke tiga terbitan 2007, dengan tambahan tulisan kecil di halaman awal A Major New Edition of the Global Guide.


Richard Lewis dulunya adalah seorang guru bahasa Inggris yang mengajar orang asing yang datang ke Inggris. Awal cerita dia mulai tertarik mengamati tentang budaya antar bangsa saat dia mengajar di North Wales untuk pelajaran musim panas. Siswanya terdiri dari orang Itali, Finlandia dan Jepang. Setelah seharian belajar, termasuk kunjungan ke tempat bersejarah, mereka merencanakan kegiatan untuk besok hari Rabu. Sialnya Selasa malam turun hujan lebat. Malam itu setelah makan malam sekitar jam 10, dia didatangi rombongan Finladia yang menyarankan untuk membatalkan kegiatan mendaki bukit karena jelas akan menyengsarakan mendaki bukit dalam suasana hujan lebat seperti itu. Tentu saja dia setuju, dan segera mengumumkan pembatalan kegiatan untuk besok.


Namun apa yang terjadi, segera saja dia dikerubuti oleh orang-orang Itali yang mempermasalahkan pembatalan tersebut. Mereka menuntut mengapa perjalanan itu dibatalkan- mereka sangat mengharapkan kegiatan itu karena bisa membolos pelajaran, sudah membayar biaya pendakian, sedikit hujan tidak jadi masalah dan ada apa dengan orang Finlandia itu, bukankah mereka seharusnya orang-orang yang tegar dan kuat? Dengan sedikit agak malu dia mendekati rombongan Jepang dan menanyakan pendapat mereka. Kelompok Jepang sangat baik tanggapannya, kalau Itali mau pergi, mereka oke, kalau mau tinggal, mereka juga senang dengan pelajaran di kelas. Para Italian mengejek Finlandia , sebaliknya Finlandia jadi cemberut dan marah, meskipun akhirnya setuju untuk berangkat demi menyelamatkan muka.


Keesokan harinya Bus dijadwalkan berangkat jam 8.30. Jam sudah menunjukkan pukul 8.25, dalam hujan rintik di bawa payung, Lewis berlari menuju bus. Di dalam bus dilihatnya 18 orang Finlandia dengan muka cemberut, 12 orang Jepang dengan muka tersenyum dan tak satupun orang Itali ada di sana. Mereka berangkat tepat waktu dan cuaca benar-benar tak bersahabat. Hujan turun sepanjang hari, mereka makan siang di puncak bukit dan kembali jam 5 sore dengan pakaian penuh lumpur. Sampai di tempat mereka menemukan orang-orang Itali sedang asyik minum teh sambil menikmati kue dan coklat. Mereka lebih berpikir waras untuk tetap tingal di kamar. Ketika orang Finlandia menanyakan, mengapa mereka tidak pergi, dijawabnya dengan santai...inikan hari hujan.....


Adapun buku ini pada intinya menyatakan bahwa bangsa di dunia ini bergerak pada level Multi-active, Reactive dan Linear-active dengan Multi-active di puncak piramida. Multi-active artinya hangat, emosional, santai ddan impulsive. Reactive artinya sopan, bersahabat, akomodatif, kompromis, pendengar yang baik, sedangkan Linear-active artinya tenang, berdasarkan fakta, perencana yang tegas. Hispanis, Argentina ,Mexico, Brasil dan Chili berada di kelompok teratas Multi-active, Vietnam di puncak kelompok Reactive dan Jerman, Switzerland an Luksemburg di puncak kelompok Linesr-active. Indonesia, Malaysia dan Philipina berada di tengah garis multi active dan reactive. Singapore di tengah garis Reactive dan Linear-active dan Perancis di tengah garis multi-active dan Linear-active.


Tentang Indonesia secara lengkap ditulis di halaman 454 dengan budaya yang dirangkum sebagai berikut: santai, hirarkhis, ingin menyenangkan, kekeluargaan, tak ada etos kerja, menghormati yang tua, boleh poligami tapi jarang, tidak suka mempermalukan, sopan, ksatria, bersahabat dan ramah, kesatuan dan kenyamanan, menghindari konflik, banyak hukum adat mengalahkan hukum Islam. Dijelaskan juga tentang tabu dan adat istidat yang berlaku di Indonesia, bagaimana mengambil simpati orang Indonesia dan hal-hal yang mendorong orang Indonesia mempunyai motivasi tinggi. Termasuk hal-hal yang harus dihindari dalam pergaulan dengan orang Indonesia.


Apakah kita akan percaya dengan semua yang ditulis, itu terserah kita. Kita sendiri yang harus membuktikan baik-buruknya bangsa Indonesia bukan orang luar. Namun kalau kita terus menerus berlaku seperti yang terungkap dari pandangan Lewis ini, maka memang begitulah kondisi bangsa kita.

No comments: